Artikel Kebahasaan



Seharusnya V atau P?

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “vermak” lazim digunakan dengan lumrah. Bahkan banyak terpampang berjajar di pinggir jalan seperti halnya “Vermak Levis”. Namun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ternyata “vermak” bukanlah bahasa Indonesia, melainkan unsur bahasa lain (bahasa asing) yaitu adopsi dari bahasa Belanda dan Portugis. Di Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak terdapat kata “vermak” yang ada adalah “permak” yang memiliki arti “merombak agar dapat dimanfaatkan kembali atau mengubah dari bentuk keadaan yang asli ke bentuk baru”. Kata “permak” ini berasal dari bahasa Portugis yaitu “vermaq” dan dari bahasa Belanda “vermag”. Dalam bahasa Indonesia memang sebagian mengadopsi dari bahasa Belanda,Inggris dan lain-lain. Karena Indonesia adalah Negara jajahan Belanda. Namun tidak secara keseluruhan maksudnya tidak sama persis contohnya seperti vermaq/vermag menjadi permak, biasanya dalam bidang keilmuan peluluhan ini banyak digunakan. Dan beberapa hal lagi dalam konteks lain seperti halnya permak ini. Yang kurang diperhatiakan dan kurang diketahui oleh masyarakat Indonesia adalah hasil dari bahasa yang sudah diadopsi (yang sudah dibahasa indonesiakan).
Jadi kata “vermak” yang selama ini digunakan oleh masyarakat Indonesia bukanlah bahasa Indonesia dan bukan bahasa Portugal juga bahasa Belanda. Karena dalam bahasa Indonesia awalan katanya bukan menggunakan “V” tapi menggunakan “P”, dan dalam bahasa Portugal bukan menggunakan huruf akhiran “K” akan tetapi “Q” juga dalam bahasa Belanda bukan dengan akhiran huruf “K” akan tetapi “G”. 

 

Sampai saat ini, kesalahan berbahasa ini tetap digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang memperdulikan bahasa Indonesia, dan tidak adanya usaha untuk menggunakan bahasa Indonesia secara utuh dan sempurna, padahal bila dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia yang baik akan melestarikan bahasa yang baku dan sesuai dengan aturan-aturan bahasa yang ada.
Dalam hal ini terbukti bahwasanya penggunaan bahasa Indonesia dengan baik yang sesuai dengan (Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Ejaan Yang Disempurnakan) tidak di prioritaskan oleh bangsa Indonesia sendiri, pada umumnya bangsa Indonesia lebih bangga menggunakan bahasa asing (diglosia) atau perpaduan dari bahasa Indonesia dan bahasa asing, bahkan seperti contoh diatas tadi kata “vermak” hanyalah buatan masyarakat Indonesia, agar terlihat lebih bergengsi padahal tidak sesuai dengan ketentuan kata dari bahasa manapun. Maka, karena hal itu penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah asli dari bahasa Indonesia sendiri.
Masyarakat Indonesia dalam menggunakan bahasa tidak memikirkan apakah bahasa yang digunakan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam bahasa Indonesia atau tidak. Salah satu contohnya ialah “vermak” dan “permak” ini. Masyarakat Indonesia tidak menggunakan aliran perspektif (pandangan para ahli), yang selama ini digunakan hanyalah aliran deskriptif. Upaya-upaya yang diusahakan oleh Pusat Bahasa untuk masyarakat Indonesia sering kali di tidak gubris. Jika masyarakat Indonesia terus menerus seperti ini maka ke konsistenan dalam berbahasa Indonesia akan semakin menipis.
Upaya yang diusahakan oleh Pusat Bahasa dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan terasa percuma, jika masyarakat Indonesia masih dominan menggunakan bahasa Indonesia yang tidak konsisten (mencampurkan/menggabungkan  istilah bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar